Rabu, 14 September 2011

1. Author: Yesung’s Girl 2. Judul: Jealous! 3. Kategori: Yadong, NC21, Oneshoot 4. Cast: - Kwon Yuri / Yuri So Nyeo Shi Dae (SNSD) - Kim Jongwoon / Yesung Super Junior

“Chagiyaaaa.. Kita sudah berkeliling mall ini selama 4 jam, kau tidak cape apa hah? Oppa sudah cape, nih, pulang yuk..” Rengekku kesal sambil menarik2 lengan seorang yeoja cantik yang tengah asyik memilah2 pakaian2 yang digantung di toko baju itu.
Yeoja itu menghela nafas, kemudian menoleh menatapku. “Yesung Oppa, kita kan baru 4 jam di sini. Lagipula aku belum menemukan blus yang mau aku beli,” singgahnya cuek, kemudian asyik memilih2 baju lagi.
“Mwoyaaa? Lalu kantung2 belanjaan ini kau pikir apa?! Sebanyak iniii?!” Jeritku cempreng *jiahaha xD* sambil mengangkat 5 kantung belanjaan yang isinya keperluan yeoja itu semuanya. Ufh.. Mana berat2, lagi. Aku tidak mengerti, kenapa cewek itu suka banget muter2 mall, gak ada capeknya, pula..
Yeoja itu diam saja, malah terus-menerus mencuekkan diriku sampai2 aku gondok sendiri. “Aish, sial..” Rutukku dalam hati.
Namaku, Kim Jongwoon. Panggil aku Jongwoon, atau.. Yah, sekarang orang2 jauh lebih sering memanggilku Yesung. Yeoja tadi? Ahaa.. Kwon Yuri alias tunanganku! Kalian tahu? Suliiiiiiiit.. Sekali mendapatkan yeoja cantik nan sexy seperti dia. Jelaslah, dia kan primadona kedua di kampusku dulu setelah Jessica Jung alias Jessica, yeojachingu sahabatku sendiri, Donghae. Karena kejadian perkenalan tidak sengaja 4 tahun yang lalu.. Kami semakin dekat dan aku mulai memberanikan diri menyatakan cintaku padanya. 3 tahun berpacaran, kami bertunangan. Dan rencananya, tahun depan kami akan menikah.
Yah.. Namanya juga yeoja cantik. Cantik. Sexy. Langsing. Ramping. Kuda lumping (?) Eh, salah. Replay, replay.
Cantik. Sexy. Langsing. Ramping. Ramah. Senyumnya, ougghhh.. Mendobrak hasrat. Bibirnya yg tipis pink merona, membuatku ingin sekali cipok2 dia. Ah.. Kurang apa sih dia? Hanya saja satu kelemahannya. Eh, apa ini kelemahanku ya? Dia itu shopping-addict! Sekalinya di mall, ah.. Bisa2 durasinya setara dengan 2 tahun Kim Young-woon wajib militer. Oke, ini berlebihan. Tapi aku serius, dia itu sangat amat ribet masalah shopping. Mana aku harus membawakan belanjaannya, lagi. Nasib.. Nasib..
Yah, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur mencintainya! Kwon Yuri-ku sayang.. Oh, oh. Sini, abang peyuuuuuk! *authornya kenapa sih? -_-*
Jangan kalian sangka Yuri telah menyantetku segala macam supaya menuruti segala kemauannya, ya. Memang itulah Yuri, namanya manusia kan tidak ada yg sempurna. Cuma itu aja kan kekurangannya Yuri. Dan walaupun aku kesal dengan hobi shoppingnya yg tiada batas itu, aku tetap sayang kok padanya..
“Ah.. Oppa, ayo pulang. Aku sudah temukan blusnya,” ucap Yuri riang sambil menenteng sebuah tas belanjaan berwarna pink transparan, isinya sepotong blus ungu.
“Alhamdulillah, yaah..” Batinku jengkel dalam hati. Aku bangkit dari kursi yang ada di butik itu, kemudian meraih tas belanjaan Yuri itu. “Sini, Oppa bawakan,” ucapku sok gentle.
Yuri tersenyum senang, kemudian ia berjinjit sedikit lalu mencium pipiku. “Gomawo, Oppa-ku sayang,” ucapnya sambil tertawa geli.
Aku nyengir, kemudian merangkul pundaknya dan kami berjalan keluar dari butik itu.
_____________________________________
“Oppa..”
“Ne, chagi?” Aku menoleh dan menatap Yuri yang.. Glek. Aku menelan ludahku menatap Yuri yang hanya memakai short dressnya yang begitu minim. Lehernya yang jenjang tertampang jelas karena rambut panjangnya ia ikat ke atas. Memang biasanya Yuri selalu berpakaian seperti itu kalau akan pergi tidur, tapi.. Ah, dia belum pernah terlihat se-sexy ini.. Lagipula sejak kami bertunangan, aku belum pernah menyentuhnya. Padahal kami sudah satu rumah dan satu ranjang. Mungkin aku cuma memeluk dan menciumnya saja. Itupun.. Jarang sekali.
Yuri menghampiriku dan duduk di sebelahku. Short dressnya sedikit terangkat saat ia menghempaskan pantatnya di ranjang, menampakkan paha putihnya. Aigoooo.. Indah sekali pemandangan depan mataku ini.
“Taeyang mengajakku pergi ke pestanya. Aku boleh ikut, kan, Oppa?” Ucapnya sambil memasang wajah seimut mungkin, menyodorkan ponselnya ke depan wajahku.
Taeyang? Wajahku memanas. Ah, playboy kelas kakap yang suka sekali menggoda Yuri saat kami masih kuliah itu? Aisssh! Ngapain sih pake ngundang2 bini orang ke pestanya. “Kapan?” Tanyaku sambil menaikkan alisku, berusaha menahan emosiku.
Yuri menatap layar ponselnya lagi. “Besok. Jam 10 malam. Di club depan stasiun seperti biasanya,” ucapnya membuatku semakin gondok. Club..? Jam 10 malam..? Apa2an ini?
Aku merengut. “Kok malam sekali, sih? Di club, lagi.. Aish. Kenapa tidak di panti asuhan saja sekalian,” ucapku ngawur sedikit jengkel.
Yuri tertawa. “Ah, Oppa. Kau ini ada2 saja.” Ucapnya. “Kumohon, Oppa. Boleh, kan? Aku sudah lama tidak ketemu Taeyang. Begini2, dia kan teman kita juga,”
Aku manyun. “Hmmfh. Yasudah deh, tapi Oppa ikut, ya?” Kataku, berjuang sampai titik darah penghabisan. Hwaiting, Kim Jongwoon!!
Yuri meng-scroll ponselnya. “Ah.. Mianhae, Oppa. Taeyang bilang, girls only. Katanya begitu, liat nih,” ucapnya membuatku tiba2 berhasrat ingin garuk tembok sekarang juga!!
Aku manyun. “Oppa rela jadi banci menemanimu ke pesta itu demi memastikan playboy kelas kakap itu tidak macam2 padamu,” dumelku tertahan.
Yuri tertawa geli lagi. “Aigoo.. Oppa, Oppa. Sudahlah, boleh kan? Aku janji akan pulang secepatnya. Dan aku janji, gak akan berbuat macem2 sama Taeyang. Oke?”
“Ah, ya sudah deh..” Putusku lemas sambil menarik selimut menutupi kepalaku.
Yuri menyibak selimut itu dgn gemas. “Ah.. Ayolah, Oppa. Boleh kan? Jangan ngambek gitu, doooong..” Rengek Yuri.
Aku memutar bola mataku malas. “Ah.. Iya iya. Pergi sana,” ucapku pura2 ngambek. Sebetulnya sih emang ngambek beneran..
Yuri manyun, ia memelukku sambil memasang wajah memelasnya. “Oppa ngga ikhlas ya..?”
Aku menghela nafas. Ih, ini cewek. Kalo ngerayu sukses banget membuat seorang Kim Jongwoon jadi lemas.. Seakan tenggelam dalam rayuannya. Akhirnya kuelus kepalanya sambil berkata, “Ne.. Ne.. Oppa ijinkan. Tapi pegang janjimu, ya, chagiya. Jangan biarkan playboy itu menyentuh2mu! Kau milikku,” ucapku sambil memeluknya.
Yuri tersenyum senang. “Ah, gomawo, Oppa. Saranghae!” Ia menidurkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya menggeleng2kan kepalaku sok dewasa menatapnya. Dasar..
_____________________________________
Aku memandang Yuri yang sedang asyik memilih2 dress di lemari pakaian kamar tidur kami. Aku melirik jam tanganku. Pukul setengah 9 malam. Ah, habis ini Yuri berangkat. Kuhampiri dirinya dan menyandarkan tubuhku pada pintu lemari pakaian superbesar itu.
“Yuri mau pergi, ya?” Ucapku manja seperti seorang anak kecil menanyakan eomma-nya yang akan pergi bekerja.
Yuri menoleh ke arahku sambil tersenyum kecil. “Kenapa, sih, Oppa? Cuma bentar, kan? Lagian Oppa sendiri kan yang mengizinkanku pergi ke pesta itu?” Ucapnya sambil mengelus pipiku dengan tangan mulusnya itu.
Aku manyun. “Ah.. Tapi.. Oppa pasti kangen banget..” Ucapku penuh perjuangan. Berharap Yuri tiba2 berubah pikiran kemudian gak jadi ke pesta Taeyang.
Yuri tersenyum tipis. “Aku pulang cepat, kok, Oppa tenang saja,” disambarnya sepotong dress biru tua yang cukup.. Menggoda. Buru2 kutepis tangannya. Yuri menatapku bingung. “Wae?”
Aku menggeleng2. “Dressnya ke-sexy-an. Sini, Oppa cariin yang lebih mancep.” Aku mengobrak-abrik lemari pakaiannya dan mengambil sebuah dress ungu tua selutut. “Ini.. Mending, deh,” aku menempelkan dress itu ke tubuh Yuri. Sepertinya cocok, tidak begitu menonjol.
Yuri menghela nafas. “Ne.. Ne.. Baiklah,” disambarnya dress pilihanku itu, kemudian ia berjalan menuju ruang ganti yang ada di dalam kamar.
_____________________________________
Aku berusaha memejamkan kedua mataku erat2 (?). Tapi tidak bisa. Sekali lagi kulirik jam tanganku, mendapati waktu telah lewat jam 10 lewat.
“Aish, kemana saja sih? Kok belum pulang2?” Gerutuku kesal sambil memencet2 nomor Yuri di ponselku. Tut.. Tut.. Tut.. Gak nyambung. Ponselnya sepertinya sedang mati. Ahh..
Kupejamkan lagi mataku sambil membaringkan tubuhku di atas kasur. Kuangkat tangan kananku menatap jam tanganku dan.. GYAAAA! Apa2an ini, cepat sekali waktu berlalu. Sekarang saja sudah jam 11 malam..
Dengan gemas aku mengacak2 rambutku sendiri. “Aisssh.. Yuri-yaa.. Kau kemana, sayang..” Batinku bodoh. Sudah jelas2 aku tahu kalau dia pergi ke pesta Taeyang..
_____________________________________
Kuraih kunci mobilku yang tergeletak di atas meja. Oke, ini sudah benar2 keterlaluan. Bayangkan, apa yang lebih mengerikan selain membiarkan tunangan mu sendiri berdua2an dengan namja lain lewat jam 11 malam?! Bisa2 Black Pearl cantikku itu digaet Taeyang masuk hotel! Huh.. Ini benar2 sudah tidak bisa dibiarkan! Dengan cepat aku mengendarai mobilku menuju club malam itu.
Sesampainya di sana, aku merasa begitu bloon dan begitu polos. Ngomong2.. Kalau masuk ke club itu ngomongnya kayak apa ya? ._.
Ah.. Tapi aku melawan rasa bloonku itu. Kudorong pintu kaca cafe itu, dan.. Produksi air liurku seakan bertambah!!!! Mendapati.. Oh.. Ouhh.. Yeoja2 sexy di dalam tengah melayani beberapa namja mesum yang haus kasih sayang (?). Aku hampir saja pingsan di depan pintu club itu.. Memandang mereka.. Oh.. Ah..
Aku menggeleng2kan kepalaku, berusaha sadar. Sadarlah, Kim Jongwoon! Apa yang kau pikirkan? Sudah, sudah!!
Imanku seakan tergoyah lagi begitu seorang yeoja sexy dari beberapa yeoja2 itu menghampiriku.. Membelai pipiku lembut, kemudian mendesah pelan di telingaku. “Kau baru di sini?”
Aku masih dalam pikiran jernihku. “Tidak. Aku hanya mau menjemput istriku.”
Yeoja itu tersenyum penuh arti. “Waw. Istrimu saja berani main di sini, kenapa kau tidak? Ayolah.. Bermain bersamaku sebentar, pria tampan,” rayunya lagi, sambil mulai mencolek2 daguku. Tapi aku tetap berusaha tersadar, walaupun sebetulnya.. Nafsuku sudah benar2 memuncak!! Ah, pulang nanti aku harus benar2 menerkam Kwon Yuri utk melepas nafsuku ini! Rawr~ (?)
Aku menepis tangannya yang mulai mengelus dadaku itu. “Mianhae, Nona. Tapi aku benar2 sedang tidak ingin seperti ini.” Ucapku penuh dusta. “Dimana pesta besar yang dirayakan di club ini?” Tanyaku sesegera mungkin.
Yeoja itu menghela nafas. Mungkin kesal karena tidak bisa membuatku terjatuh pada rayuannya? Haha. “Di atas. Cari saja sendiri ruangannya,” jawabnya cuek sambil meninggalkanku bermesraan lagi dengan seorang pelanggan lagi yang juga baru datang. Aigooo.. Aku menggeleng2kan kepalaku mendapati kelakuan anehnya itu.
Dengan cepat kunaiki tangga menuju lantai dua.. Dan.. Mwoya? Mataku memanas.. Memandang sebuah pesta besar2an di depan mataku.. Melihat Yuri yang tengah meminum.. Mwoya? Apa itu? Botol hijau dengan cairan bening.. Soju? Ah.. Yuri tertawa2, kemudian ia memejamkan matanya. Taeyang dengan genitnya malah asyik merangkul Yuri, dan.. Mulai mencium pipinya!!!! Apa2an sih ini?! Yaampun.. Pantes aja Yuri kagak pulang2!!!!!
“Chagiya!” Jeritku keras di tengah dentuman musik club sambil menghampiri mereka berdua. Taeyang menoleh ke arahku, dan.. “Hei, Yesung hyung.. Sudah lama aku tidak bertemu denganmu,” ucapnya tanpa rasa bersalah sama sekali. Aku menarik lengan Yuri sampai ia terbangun dari sofa itu. Kutarik tubuhku ke pelukanku, kuguncang2kan dirinya yg sedang mabuk berat itu. “Yuri-ya! Kau ini kenapa? Hei? Hei?”
Yuri malah diam saja. Tangannya malah kembali meraih botol soju itu dan aku buru2 menepis tangannya. PRANG! Botol tak berharga itu terjatuh ke lantai. “Ah.. Oppaaa.. Aku belum selesai minum..” Rengeknya sambil memukuli dadaku.
“Belum selesai apa?! Kau ini mabuk berat, chagi! Ayo kita pulang!” Kutarik tangannya bermaksud beranjak dari tempat menjijikkan ini.
Tiba2 Taeyang menahan tangan Yuri yang sebelahnya. “Hei, hyung.. Kalau istrimu ini memang menginginkan di sini untuk sementara, ya sudahlah.. Biar aku yang menemaninya sebentar..” Ucapnya kurang ajar sambil melirik Yuri dengan tatapan nakalnya.
BUGH!! Aku yang memang sudah tidak ada kesabaran lagi, langsung saja menghajarnya. Yuri tersentak, seakan ia setengah tersadar dari mabuknya. “O.. Oppa!! Kau ini apa2an, sih?!” Pekiknya menatap Taeyang yang tersungkur karena hajaranku.
“Pulang!!” Aku menarik lengannya dengan keras sampai ia tak kuasa menolak. Tangisnya pecah, tapi aku tak peduli. Sekarang tugasku hanya membawanya pulang ke rumah dengan selamat! Ya, selamat!!
_____________________________________
Sesampainya di rumah.. Haduh. Pusing berat aku. Yuri nangis kenceng banget, sampe dikira tetangga sebelah, kami udah punya anak yang nangis tengah malem. Aku mengacak2 rambutku bingung, bagaimana menenangkan yeoja cantik yang lemah lembut tapi ternyata tangisan nya super duper hebat ini.
“Chagiyaa.. Diamlah.. Ini sudah jam 1 pagi..” Keluhku.
“Oppa jahat!! Hiks.. Ke.. Kenapa sih.. Oppa sampai ngehajar Taeyang kayak gitu? Oppa jahat!! Huaa.. Hiks hiks..”
Aku menghela nafas. “Kau dengar sendiri, kan, tadi, chagi? Dia itu kurang ajar banget! Udah tau kamu punya aku, eh dia masih sempet2nya godain kamu, malahan tadi dia cium2 pipi kamu, kan?! Hei, chagi, kamu gak inget apa kalo abis ini kita mau kawin?!” *kok kata2nya Yesung jadi betawi gini ya -_-*
Yuri sesenggukkan. “Hiks.. Ta.. Tapi.. Hiks.. Kan gak perlu sampe mukul..”
Aku menarik Yuri ke dalam pelukanku. “Kau kira aku mau kehilanganmu?” Ucapku sedikit melembut. Yuri masih sesenggukan, air matanya mengalir deras. “Aku tidak mau kehilanganmu. Saat aku melihat yeoja yang kucinta bermesraan dengan namja itu, aku emosi. Marah. Jadi aku menghajarnya. Kau tunanganku, kan? Itu artinya sekarang kau harus aku jaga sampai kita menikah nanti. Aku tidak mau calon istriku main di club seperti itu malam2, berduaan dengan namja lain. Coba kalau tadi aku tidak datang, kau bisa menjamin kau pulang kembali ke rumah dengan keadaan baik2 saja? Enggak, kan?” Kubelai lembut kepalanya. Tangisnya sekarang tidak begitu keras, mulai melunak. “Hiks.. Hiks..”
Aku mengangkat dagunya. Perlahan wajah ku mendekat, kucium bibirnya lembut. Chups~ dan.. Anjir. Rasa lipstik. Tapi aku malah semakin menikmatinya. Kulumat lembut bibirnya, kudekap erat tubuhnya, sambil mengelus punggungnya yang setengah terbuka karena ia masih memakai dress nya. “Saranghae, chagi..” Ucapku sambil melepas ciumanku, kuelus pipinya lembut. Wajahnya memerah, kemudian ia tersenyum malu. “Engh.. Nado, Oppa..” Ia mencium bibirku singkat.
Aku mulai memberanikan diri mencium bibirnya lagi. Kulumat dgn penuh hati2, penuh sayang, lembut.. Begitulah. Ah.. Malam ini dia terlihat begitu cantik.. Seakan aku begitu ingin memilikinya, lebih. Bukan memilikinya seperti ini.. Tapi.. Ah..
_____________________________________
*author kaga kuat ah kalo nulisnya pake POVnya Yesung ._.v ganti jadi POVnya Yuri aja, ye.. Biar serasa kayak kita sendiri yang lagi main ama Yesung XD wakakau~*
_____________________________________
-Yuri’s POV-
Yesung mulai melepas ciumannya yang.. Cukup membuatku deg2an itu. Panas, hot, ganas, ah apalah itu. Aku menunduk malu, nafasku masih terengah2. Begitu pula dengannya..
“Saranghaeyo, Kwon Yuri.. Aku mau kau malam ini menjadi milikku..” Ucapnya sambil mengenggam tanganku erat. Entah darimana Yesung Oppa punya keberanian mengatakan itu padaku.. Padahal tahun lalu waktu Yesung mau melamarku di depan appa saja, dia sampe gemeter gak bisa tidur dua minggu mikirin itu.
Aku menunduk sambil tersenyum malu2. “Ah.. Malam ini aku milikmu, Oppa,” aku menyandarkan kepalaku di dadanya, menikmati hangat pelukannya.
Yesung tersenyum lembut, diangkatnya lagi daguku dan ia mencium bibirku lembut. Tangannya mulai nakal menggelitik payudaraku, lebih tepatnya nipple-ku yang masih tertutup dress-ku. Aku sedikit terkejut, karena baru pertama kali Yesung melakukan ini padaku.. “O.. Oppa?” Ucapku pelan memecah atmosfir keheningan.
Yesung memelukku. Nafasnya terhembus pelan menerpa telingaku, membuatku kegelian. “Memang inilah maksudnya, chagi. Kau siap, kan?” Godanya pelan sambil mengelus punggungku.
Belum sempat aku menjawab, Yesung mencium bibirku lagi. Tapi singkat, hanya ciuman biasa. Perlahan bibirnya turun menyusuri daguku, dan leherku. Diciumi leherku.. Sampai aku kegelian dan aku menjenjangkan leherku karena aku merasa batinku berkata kalau aku harus melakukannya.
“Ah.. Oppa..” Aku mendesah merasakan kenikmatan yang diberikannya. Kujambak kecil rambutnya, kuremas pelan karena tak tahan akan hisapannya di leherku. “Mmh.. Chagi.. Kau.. Ah..” Yesung ikut mendesah sambil kembali mencium leherku.
Puas dengan ciumannya di leherku, Yesung bangkit dan tersenyum senang mendapati banyaknya kissmark di leherku. Aku masih memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang baru saja kualami.
Yesung mulai melanjutkan tugasnya. Dipeluknya tubuhku, tangannya meraih resleting dress-ku yang terletak di punggung itu. Ditariknya, dan akhirnya tubuh bagian atas-ku naked juga. Karena aku tidak memakai bra-ku, Yesung langsung merebahkanku di tempat tidur. Diremasnya perlahan kedua payudaraku. “Aaah.. Ooh.. Aah.. Sssh.. Aaah.. O.. Oppaa..” Desahku nikmat. Tangan kanannya tetap meremas payudaraku, tetapi tangan kirinya berkata lain (?). Tangan kirinya meraih celana dalamku. Ditariknya hingga merosot (?) ke bawah hingga aku benar2 full naked!
Dielusnya pelan vaginaku dengan tangan halus itu.. “Aah.. Ah.. Oppaaa.. Ah..” Aku ambruk di atas kasur karena sentuhan tangan nakal Yesung itu. Yesung tertawa geli. “Aku kan cuma menyentuhnya sebentar, chagi,” ucapnya sambil mengedip kan matanya padaku.
“Ah.. Ah.. Oppaa..” Jeritku saat tiba2 Yesung membuka kedua pahaku dan ia menghisap vaginaku kuat2. Tidak terasa sakit.. Tapi aku malah merasa nikmat. Lidahnya bermain2 memasukki lubangku.. Membuatku merem-melek dibuatnya. “Aaah.. Aaah.. Aaah..” Kakiku menyempit menahan kepalanya.
Tiba2 aku merasakan tubuhku mengejang hebat, seakan ada sesuatu yang ingin keluar. Sontak aku melemah, kemudian mendesah keras begitu sesuatu itu keluar. “Aaaaah..” Desahku. Semacam cairan bening keluar dari vaginaku. Yesung bukannya menghindar atau apa, ia malah menelan habis cairan itu sambil menjilat2 vaginaku. “Ah.. Oh..”
Yesung berdiri sambil menatapku. “Kau nikmaaaat, chagi. Ngehehe,” ucapnya sambil cengar-cengir. Sedangkan aku hanya terbaring lemas sambil tersenyum tipis menatapnya.
“Ah.. Oppa.. Kau juga.. Buka pakaianmu..” Protesku sambil menarik2 lengannya.
Yesung mencium bibirku singkat, kemudian mulai melepas kemejanya menampakkan dada bidangnya. Tanganku perlahan bergerak mengelus dadanya, memelintir nipple-nya, membuatnya jerit2 gak karuan. “Ah.. Chagiii.. Emh..” Dielusnya kepalaku.
Aku kesenengan. Akhirnya aku bangkit dari tempat tidur itu dan mulai melepas celana jeansnya dan celana dalamnya.. Lalu tampaklah juniornya yang.. BIG SIZEEEE. Entah bagaimana aku memanjakannya, akhirnya aku terdiam bloon memandangi juniornya. Nyiahaha.
“Chagi.. Mainkan,” rengeknya manja sambil menarik tanganku menyentuh juniornya itu.
“Gimana caranya?” Tanyaku polos. Yesung nyengir, kemudian menggerakkan tangan ku memijat juniornya, meremasnya pelan, mencubiti twinsballnya. Dan pada akhir nya Yesung lah yang mendesah2 sendiri.
“Aaah.. Oh.. Aaaah.. Sssh.. Mmmppphhh..” Iseng2 aku mencium bibirnya saat aku sedang memijit2 juniornya.
“Ah.. Chagii.. Kau nakal sekali..” Godanya sambil meremas payudara kananku.
“Ah.. Cukup.. Sekarang kau mainkan dgn mulutmu saja, ya,” ucap Yesung membuat ku tidak mengerti. “Maksudmu, Oppa?”
Yesung memejamkan matanya, kemudian membuka matanya lagi. “Masukkan ke mulutmu. Arra?” Akhirnya dgn ragu aku mulai memasukkan juniornya yg big size itu ke dalam mulutku. Kumaju-mundurkan juniornya di dalam mulutku, kukulum ujungnya, kugigit twinsball-nya, sampai Yesung mendesah2 hebat. “Aaah.. Aaaaah.. Ne, chagii.. Oughh.. Kau.. Aaah..”
Tiba2 cairan Yesung tersembur keluar memenuhi mulutku. “UEK!!” Jeritku jijik. “Uaaaa.. Oppa, kenapa tidak bilang?!” Sungutku kesal sambil mencubit lengannya. Yesung cuma nyengir. “Kenapa? Itu kan enak, hmm~” ujarnya sambil mengelus pipiku. Aku hanya cemberut, “aku jijik ah..”
Yesung tertawa. “Gwenchana, chagi. Sekarang finalnya..” Yesung menyenderkan tubuhku ke dinding, kemudian mengangkat satu kakiku melingkar di pinggangnya. Perlahan tapi pasti, Yesung mulai memasukkan juniornya ke dalam vaginaku.
“A.. A.. AAAAH!!!!” Jeritku kesakitan saat juniornya menerobos lubang vaginaku. “Ah.. Aaah.. Oppaaa.. Sakit..” Rintihku sambil mencubitnya supaya menghentikan gerakannya.
Yesung mencium bibirku sambil memainkan nipple-ku. “Tahanlah, chagi. Ini baru seperempat jalan.. Sebentar lagi akan nikmat rasanya. Arraseo?” Yesung mulai berusaha memasukkan juniornya lebih dalam.
“Ah.. Ta.. Tapi.. Hikss.. Sakiiit..” Aku mulai menangis. Sesuatu seakan keluar dari vaginaku, tapi sepertinya bukan cairan yang tadi, yang kali ini cairannya keluar lebih cepat. Apa ini darah keperawananku?
“Ah.. Hiks.. Oppaa..” Rasa sakit masih menyerang vaginaku. Yesung menghentikan gerakannya, menatapku sejenak. “Benar2 sakit, ya, chagi? Apa aku berhenti saja?” Ucapnya sambil menatapku penuh perhatian.
Aku manyun. “Telanjuuuurrrr! Kenapa ga daritadi?! Ihh, udah ah, telanjur. Lanjutin aja,” ucapku karena rasa sakitnya mulai berkurang, digantikan semacam.. Kenikmatan. Nipple-ku mengencang, nafsuku seakan meledak. Aku belum pernah merasakan kenikmatan ini..
Melihat nipple-ku yang mengencang, Yesung dgn cepat meremas2 payudaraku lagi sambil terus memasukkan juniornya. Beberapa saat kemudian, juniornya masuk dgn sempurna di dalam vaginaku. Aku menghela nafas lega. “Ah..”
Yesung mencium bibirku lembut. “Sudah siap? Aku gerakkan sekarang, ya.” Yesung langsung menggerakkan juniornya maju-mundur. Vaginaku seakan menjepit junior nya kuat2. Aku mendesah karena rasanya nikmat sekali saat ia menggerakkan juniornya mengocok2 vaginaku. “Aaah.. Aaah..” Desahku.
“Emh.. Chagi..” Desahan Yesung terdengar begitu sexy. Aku menatap wajahnya yg penuh keringat itu, ah.. Dia semakin menggoda dgn keringat bercucuran seperti itu. Kugerakkan tanganku menyeka keringatnya, lalu kucium bibirnya lembut.
“Ah.. Oppa.. Aku.. Enghh.. Mau keluaar..” Desahku saat kurasakan vaginaku mengejang lagi.
“Ne.. Cha.. Gi.. Ah.. Aku jugaa..” Ucap Yesung diakhiri dengan cairan kami yg sama2 keluar ke dinding rahimku. Aku langsung ambruk, terjatuh ke pelukan Yesung. Yesung menuntunku menuju tempat tidur, direbahkannya tubuhku dan ia menarik juniornya pelan2 keluar dari vaginaku. “Ah..” Desahnya lega. Juniornya masih menyemprotkan sedikit cairan, begitu pula vaginaku, membasahi seprai tempat tidur.
“Enghh.. Oppa..” Aku menggeliat di atas kasur. Yesung berbaring di sebelahku, memiringkan tubuhnya memelukku. “Gomawo, chagi.. Kau sudah memberikan malam pertamamu padaku,” ucapnya sambil mencium bibirku lembut.
“Cheonmaneyo, yeobo..” Ucapku sambil meliriknya genit.
Yesung tertawa geli. Diremasnya lagi payudaraku dan aku mendesah kecil. “Ah.. Ah.. Oppaa.. Sudahlah,” aku menepis tangannya. “Aku cape,”
Yesung menatapku dgn tatapan ngeledek. “Ih.. Shopping aja kuat berjam2. Lah ngeyadong gini? Sejam aja udah minta istirahat,” ledeknya.
Aku menjulurkan lidahku. “Itu-ku pegel, tau..”
Yesung tersenyum2 penuh arti. “Kakiku juga pegel tau waktu nemenin kamu belanja,”
Aku terkikik geli. “Ah.. Ya udah lah..” Aku membenamkan kepalaku di dadanya. Yesung langsung balas merangkul kepala ku lembut sambil mengelus punggungku.
“Saranghaeyo, Kwon Yuri,” dikecupnya dahiku, kemudian kami langsung tertidur lelap.
_____________________________________
-Yesung’s POV-
“Oppaaaa..” Rengekan manja Yuri terdengar lagi di telingaku. Aku melipat koran yang baru saja kubaca, kemudian menoleh ke arah istriku itu. “Kenapa, sih? Ko pagi2 udah teriak2 gitu? Hm?”
Yuri manyun, kemudian memeluk lenganku manja. “Aku hamil.”
Aku langsung tersenyum sumringah. “MWOYA?! YANG BENAR?! AAAAAAAA! BABY-BABY-KU.. AAAAH! YANG BENAR, CHAGI? UAAAA..” Jeritku terlalu senang sambil memeluk Yuri erat2.
Yuri malah manyun. “Ah.. Oppaa.. Aku tidak mau hamil,” rengeknya sambil mencebikkan bibirnya.
Aku buru2 mengecup bibirnya. “Wae?” Tanyaku heran.
“Nanti aku jadi gendut, dong.. Aku takut nanti pasti rasanya sakit sekali,” rutuknya.
Aku mengelus perut langsingnya itu. “Ah.. Jangan khawatir, chagi. Masa cuma gara2 nanti jadi gendut kamu gamau hamil?” Godaku.
“Ah.. Tapiii..”
“Tenanglah, melahirkan itu nanti ada tehnik2nya. Bagaimana kau harus menjaga janinmu, dan lainnya. Begituuu..” Kusentil pelan ujung hidungnya itu.
“Ah, kalau gitu sih Oppa aja yang hamil,” singgahnya cuek membuatku langsung mati gaya.
“Udah, ah.. Ihhhh Oppa seneng banget tau kalo kamu hamil! Kekeke~ itu artinya.. Ohh.. Oppa sudah menjadi seorang AYAH.. Muahahahahaha~” tawaku bangga.
“Ah.. Dasar,” Yuri memukul pelan lenganku, kemudian tertawa2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar