Rabu, 14 September 2011

Sore ini Min-Hee sedang mempersiapkan dinner. Keluarga Minho nanti malam akan datang berkunjung. Makanannya ? prasmanan dong, hehehe. Meskipun begitu, Min-Hee tetap sibuk karena dia yang membuat dessert, mempraktekan pelajaran yang di dapatnya di kelas memasak. Ya ! dia sekarang ikut kursus memasak.
“Anyeong..”
Minho datang dari kantornya, dia menaruh coatnya di gantungan dekat pintu dan langsung menuju ke dapur sambil melepas dasinya. Sesampainya di dapur, Minho menelan ludah, dan berhenti sebentar ketika melihat apa yang ada di hadapannya. Lalu ia memeluk istrinya itu dari belakang, sekilas.
“Kau, memotong rambutmu ?”
“eung, wae ? kau tidak suka ?” tanya Min Hee sambil konsentrasi memotong buah buahan.
“Anieyo, nan johaeyo. Nomu yeppuji, baiklah aku keatas dulu, siap siap.” jawabnya sambil pergi ke kamar mandi.
Minho menyalakan keran shower. Min-Hee, dia pake piyama yang imut-imut, oh my god rambut barunya ! memang, Minho tidak suka wanita berambut pendek, tapi kali ini, Min-Hee mengubah presepsi nya tentang wanita berambut pendek. Rambut bob with side bangs itu, mengekspos leher jenjangnya, apalagi bagian belakang rambutnya, benar benar dibuat pendek dari pangkal leher, dan semakin panjang di depan. ‘Aish, kenapa aku jadi pervert begini sih ?’ batin Minho. namun ia tak bisa mengelak kalau perubahan yang dilakukan Min-Hee itu sedikit mengundang birahinya.
Minho sudah selesai dengan mandinya. Hari sebelumnya dia juga membelikan dress untuk Min-Hee, dress yang akan dipakainya malam ini. Ia menyemprotkan parfum di tuxedo yang dipakainya, dia menyiapkan semuanya sendiri, ya, kau taulah Min-Hee bagaimana, dan Minho juga,mengerti keadaannya, toh ia juga ingin mandiri.
“Jagi, kau sudah siap ?”
Minho bertanya dari balik pintu kamar. Oh ya, sekarang Minho sudah tidur di kamar sebelah. Karena kamarnya sudah selesai di renovasi, kasur pun sudah ada, jadi say goodbye to sofa ruang keluarga. Minho mengetuk pintu untuk kedua kalinya, karena tidak ada jawaban dari dalam kamar.
“Min-Hee ah, kau di dalam ? Boleh aku masuk ke dalam ?” tanya Minho hati hati
Masih belum ada jawaban.  Minho mulai cemas dan akhirnya memberanikan diri membuka pintu kamar Min-Hee secara perlahan. Min Hee hanya menghadap kaca, ekspresinya sedikit blank. Ia terlihat cantik dengan gaun yang dipilih Minho, gaun warna rose pink, dengan hiasan ruffle warna putih tulang dari lengan, turun sampai ke pinggang kanannya. Bagaimanapun, gaun ¾ itu,membuat Min-Hee salah tingkah, ia menatap Minho nanar, lalu menatap ke bawah, ke lantai. Tangannya berusaha menurunkan gaun itu supaya menutupi lututnya.
‘gulp’
Minho menelan ludah. Min-Hee benar benar cantik, dan menggoda, baju itu membuat aura Min-Hee menjadi sweet-sexy-innocent. Untung saja Minho tidak memilih gaun yang mengekspos punggungnya, bisa bisa nafsu mengontrol dirinya. Ia terbangun dari lamunannya. Dilihatnya Min-Hee masih gelagapan dengan gaun itu, hingga akhirnya ia duduk di kasur, menatap cermin dengan muka blank. Minho menangkap apa maksudnya. Ini pasti berkaitan dengan hal itu, pantangan pantangan yang dimilikinya. Minho membuka lemari baju Min, mengobrak-abrik isinya, mencari sesuatu.
“Mianhae, seharusnya aku tahu kau tidak akan suka baju ini. Lain kali aku akan memilih dress yang panjang”
Minho berkata sambil memasangkan stocking putih ke kaki Min-Hee, ia melakukannya dengan hati hati, berusaha tidak terhanyut oleh nafsunya,  berusaha agar sebisa mungkin tangannya tidak bersentuhan terlalu banyak dengan kulit Min, yang hanya diam terpaku.
“Done. Lagipula aku juga tidak ingin ada yang melihat kaki indahmu, kajja” lanjut Minho tersenyum penuh arti sambil menatap Min-Hee, lalu menarik tangannya mengajak Min ke bawah untuk menjamu keluarganya yang akan datang sebentar lagi..
-Minho’s POV-
Kulihat mobil lexus silver mendekat ke rumah (?) ah, itu pasti mereka.! mobil itu berhenti dan menimbulkan suara decitan. kenapa sekarang appa kasar sekali kalau bawa mobil ?
“appa, umma, anyeong hasseo, silahkan masuk” kata Min dengan sopan, mempersilahkan mereka masuk.
Kulihat Taemin keluar terakhir dari mobil, dari kursi driver lebih tepatnya. Chankaman ! kursi driver ?
“Hyuuung !” dia menghampiriku, ya, dia masih sama, tetap ceria.
“Taemin ?  pantesan kasar banget berhentinya, kok bukan appa yang nyetir ?” dasar Taemin !
“dia  baru dapet P’s“ jawab appa sambil menghela nafas.
[P= Practice. Tahapan sebelum dapet full SIM, diharuskan menyetir sekitar 20 jam lebih]
“oh ? jincha ? chukkae Taemin”
“gomapta noona ! nanti kalo hyung pergi ngantor, trus noona perlu pergi pergi, call me, hehe”
“jangan dengarkan dia nak Min” sahut umma sambil sedikit tertawa.
“sudahlah ayo masuk dulu” aku memotong percakapan mereka.
Kupersilahkan mereka masuk ke belakang rumah. Aku sengaja membuat garden party, meskipun ini sudah malam, tapi rasanya lebih santai aja suasananya kalau di garden, jadilah garden night party.
Kulihat mata umma mengoreksi Min, dari atas sampai bawah, pandangannya terhenti saat ia melihat stocking putih yang dipakai Min, lalu menatap Min sambil tersenyum penuh keraguan dan kembali meneguk wine.
Ah, aku lupa ! umma kan memang lebay kalau masalah penampilan dan etika. Dasar wanita, yang mereka pedulikan adalah penampilan, penampilan, dan penampilan. Stocking putih itu memang agak tidak etis dipadukan dengan dress, apalagi ini acara keluarga. Biarlah, selama itu baik untuk Min, aku tidak perduli dengan hal lainnya, meskipun raut kecewa terlukis jelas di wajah umma.
“hyung, aku benar benar bersyukur kau menikahi noona Min” Taemin menepuk pundakku
“tentu saja! dia cantik, baik, sopan, pintar..”
“dan yang paling penting yeonha !“ Taemin memotong kalimatku
[yeonha = wanita yang lebih muda]
“eh ?”
“noona tidak tahu ? hyung kan sukanya yeonsang, noona-killer !” dia pun melanjutkan kata katanya
[yeonsang = wanita yang lebih tua]
“jincha ?” Min terlihat kaget.
“mollaseoyo noona ? bahkan dia pernah berkelahi dengan sunbae cuman gara gara yeonsang” aishh Taemin !
“aa, anieyo ..” aku berusaha mengelak
“terus  hyung juga tidak suka yeoja berambut pendek” lanjutnya
“YA !! da-aegihanya ?!” aduh, reputasiku jatuh berantakan
[hey ! apa kau akan memberitahu semuanya ?]
“sudah sudah, kalian berdua ini ! tidak malu apa sama Min-ssi,“ umma pun melerai kami.
“kau juga Taemin, senang sekali menggoda hyungmu !” appa mencubit lengan Taemin pelan.
“hehe, jweisunghamnida appa, oh ya, hyung ! kamar mandinya dimana ?”
“oh dibawah tangga” jawabku singkat.
-Taemin’s POV-
Ahh lega. akhirnya bisnisku selesai juga. Mana sabunnya? Oh ini dia. Hmm.. kalo aku liat liat nih, hyung masih canggung sama Min-noona. Mangkanya hyung, pacaran sama yeonha, bukan yeonsang -_- aduh ini kerannya susah sekali ditutupnya, yak! Uhhh. Ah ! akhirnya. Ini kamar mandi kenapa tidak beres ya?
Kubuka pintu kamar mandi dan,
BUK.
“aw” aduh, saking terburu burunya aku nabrak Min-noona.
“aigo jwiesung – igeo!“ mataku menangkap sesuatu.
-Min’s POV-
“aigo jweisung – igeo!“
Matanya,mengarah ke topi yang kubawa, topi milik penyelamatku. Aku selalu mencucinya di saat sepi, tapi ternyata ada Taemin.
“YA ! mwoya..” dia merebut topi itu.
“Topiku !! Topi kesayanganku !”
GULP.
Topi milik TAEMIN? Kau pasti bercanda. Topi ini milik namja yang menolongku malam itu.
“Noona, aku ambil lagi ya noona? Jebal ini topi kesayanganku”
“kau ini bicara apa sih, ini punyaku kembalikan.. ” aku berusaha merebutnya kembali
“Noona ! jelas jelas ada inisial ku tertulis disini, Tc , artinya Taemin, Choi. Malam itu-”
‘Jincha ?’ berarti.. yang menyelamatkanku malam itu.. Taemin !
Coba ingat Min! namja itu tinggi, kira kira setinggi Taemin. rambutnya sedikit panjang, Taemin..? iya. Coba kalo terang, aku pasti bisa melihat mukanya dengan jelas waktu itu, tapi.. aish. Dari semua laki laki seantero Seoul, kenapa Taemin? adik iparku?
“Taemin, neo .. Kamsahamnida” kataku sambil menahan tangis.
“noona, waeyo ? uljimara juseyeo” dia memelukku.
Seketika itu sengatan listrik menyerang tubuhku. Reflek ku dorong tubuhnya. Dia meringis kesakitan. Aku pun langsung berlari ke kamar mandi.
-Author’s POV-
Sementara itu Minho sedang di cecar pertanyaan dari ummanya.
“aigoo, anak umma sekarang sudah besar ya, habis ini mau beri umma cucu”
Minho hanya bisa menelan ludah. Ya, bermimpilah Choi Minho, hal itu akan terjadi satu abad lagi.
“oiya Minho, istrimu itu, kenapa bajunya tidak sopan begitu sih ? kalau nanti ada acara keluarga becar Choi, dia pakai baju begitu, apa kata tante, om, sama nenek? Apa perlu umma ikutkan les kepribadian?”
“jagi..” appa mendesah
“Umma! Sudahlah. Biarkan saja, toh dia masih belajar. Mungkin di keluarganya dia tidak biasa seperti itu.”
“yaaaa ! hyung ! kau keterlaluan” Taemin yang kembali ke taman, menjitak kepala hyungnya
“ya ! ige mwoya?” kata Minho protes dijitak oleh namdongsaengnya
“ya ige mwoyaa~ kenapa kau-”
“anyeong, maaf sedikit lama” kata MinHee yang baru datang, memotong kata kata Taemin, ia pun segera menyembunyikan topi tersebut.
Malam pun semakin larut dan akhirnya orang tua Minho memutuskan untuk pulang. Namun, pikiran MinHee makin rumit.
-Minho’s POV-
Kudengar suara keran mengalir, Min mungkin sedang mandi.
Kubuka pintu kamar MinHee,
OHMYHOLYCOW!
Bajunya, celana dalamnya, BHnya berserakan. Sabar Choi Minho, kau ini bukan ahjussi yang kesepian, buang jauh jauh pikiran yadongmu itu. Ambil nafaaasss…ahhh harumnya~
YA YA YA ! kenapa jadi begini sih ? Lagipula si MinHee lama sekali mandinya, dasar yeoja
“Jagi.. bisa agak cepat mandinya ? aku tunggu di sini tak apa kah? ada yang mau aku bicarakan”
“nae.”
-Min’s POV-
Okay, ini benar benar aneh, Kalau Taemin itu laki laki yang menolongku, seharusnya tubuhku tidak menolaknya kan? Tapi kenapa ? Aissssh ! this thing drives me crazy.
Kukeringkan badanku dengan handuk. Untung rambutku pendek, jadi mengeringkannya tidak lama. Kupakai piyama mandiku dan segera keluar.
Minho? Dia membereskan baju bajuku yang bereserakan. Bahkan menaruh CD ku ke box khusus baju kotor yang nanti akan dicuci. Dia menoleh ke arahku.
“Min ? kau sudah selesai ?” kenapa dia selalu tersenyum padaku, padahal aku jarang sekali tersenyum di depannya.
“hmm..”
“Apa kau mau aku keluar ? Kau mau ganti baby doll ?”
Dia, selalu memperhatikanku. Padahal aku acuh tak acuh padanya. Aku tidak pernah peduli dengannya. Tapi dia ? dia benar benar care sampai hal hal kecil seperti ini.
“Ani, bisakah kau temani aku sebentar ?”
“eh ? nae. baiklah” jawabnya, sedikit kaget dan lega,
Aku berbaring, sedangkan dia duduk di pinggir kasur. Kunyalakan TV. Aduh kenapa canggung sekali ? Apa harus aku yang memulai percakapan ini?
“emm .. Kau tadi..mau ngomong apa ?”
“Min, tentang Taemin.. “
“Taemin, ? emm kenapa?” aduh.. kenapa tentang Taemin -_-
“Kau.. kau.. mmm kau jangan salah sangka ya, Jangan dimasukkan ke hati”
“maksudnya ?”
“tadi, waktu dia bilang aku ini suka yeonsang, tapi itu masa lalu kok, beneran”
Aku hanya mengangguk. Jujur, aku agak kaget dan kecewa, saat aku tahu aku ini sama sekali bukan type nya Minho. aku jadi tidak enak sendiri. Dia balas tersenyum dan menonton TV. Channel ini tidak seru ah, aku pindah saja, ku tekan tombol di remote itu, klik.
“AAAH~ OH! oppa, chankamann.. erghh”
Mwoya igo ? aish. Kucari remote yang tadi terlepas dari tanganku, sambil menutup mata dan mengalihkan pandanganku dari TV terkutuk ini. Ah! dapat. Sejak kapan tombolnya jadi empuk begini ?
“Terus jagi .. ppaliwa.. neo .. dae.bak, eerghh..”
Aduh ini kenapa ngga keganti ganti sih. Kuberanikan membuka mataku dan memencet tombolnya dengan baik. Tangan ? aigo ! pantas saja empuk sekali tombolnya! Chankamman, jangan bilang ini.. aish ! tangan Minho kan ? aaaahhhh. Micchigettda >,<
Minho menatap TV dengan, yah kau tau, pandangan matanya . FIXED. Lalu ia menatapku.
“Ah, mianhae., jeongmal” dia kikuk. Aku bisa baca dari gerak gerik tubuhnya.
Ia lalu mencari remote, menemukannya, dan mematikan TVnya. Dia langsung beranjak dari kasur.
“Oppa..”  kutahan dia. Dia kembali duduk di pinggir kasur.
“Mianhae,, aku tidak bermaksud..”
Kutarik nafas dalam dalam, kuberanikan diriku untuk bertanya padanya.
“Apa kau mau mencobanya ?”
“nae ?! mencoba apa ?” jawabnya kaget
“yang tadi,. yang *gulp* di TV, apa kau mau ?”
“tapi kau ..”
“Aku ingin kau menyentuhku. Apa kau tidak ingin menyentuhku?”
“Ani, naneun..”
“Lakukanlah. Jebal,” kali ini aku yang meminta.
-Minho’s POV-
“Ani, naneun..”
“Lakukanlah. Jebal,” ia memotong kata kataku dengan cepat.
Aku memang ingin melakukannya dari dulu tapi aku tidak ingin menyakitinya. Aku takut aku tidak bisa mengontrol diriku, itu saja. Aku tidak ingin dia sampai mengunci dirinya lagi.
“Sekali aku melakukannya, aku tidak akan berhenti,,” ujarku lirih.
Dan ia hanya mengangguk, meskipun aku tahu dia menyembunyikan ketakutannya di balik senyumannya.
Perlahan, kupegang pundaknya dan kucium bibirnya. Tangannya meremas seprai, dan ia menutup matanya. Kali ini aku benar benar tidak bisa mengontrol diriku, tersadar, kulepas ciumanku sebentar.
“kau hanya perlu percaya padaku.” aku berbisik padanya.
Dia hanya mengangguk, aku tahu dia sedikit takut, jadi aku harus bermain dengan hati hati. Kucium bibirnya, semakin lama kukulum bibirnya, kupaksa lidahku masuk, pelan pelan, hingga akhirnya lidahku bisa menjelajahi rongga mulutnya dengan bebas.
Kugenggam perlahan tangannya yang sedari tadi meremas seprai kasur. Kuelus lembut tangannya hingga akhirnya dia mulai bisa rileks dan menikmati ciumanku. Kuelus rambutnya dengan tangan kananku, kuturunkan ciumanku ke lehernya,
Tangan kanannnya meremas tanganku. Kuliskan tanda cintaku satu persatu, kuhisap pelan, lalu kukecup, dia tidak suka dengan lendir, jadi aku aka berusaha untuk tidak menjilat kissmark kissmark ku itu.
“mendesahlah, gwenchanayo” aku meyakinkannya.
Ia pun mulai mendesah menikmati perlakuanku. Kulepaskan tangan kiriku dan mulai mengelus pelan payudaranya yang masih tertutup  piyama mandi.
“ehhmm” dia mendesah, menahan desahannya lebih tepatnya, tapi suara nya bergetar.
Kuciumi bibirnya, Jebal, jangan menolakku, lagi. Biarkan aku menyentuhmu Shim Min Hee.
-Author’s POV-
Secara perlahan, Minho melepas ikatan di pinggang MinHee, dan jackpot. Minho tahu Min kalau selesai mandi tidak pernah memakai pakaian dalam, kecuali kalau dia berganti baby doll. Tubuh polosnya hanya tertutup piyama mandinya. Ia mulai meremas lembut payudara Min, tidak terlalu keras, tidak terlalu pelan.
Jemari nakalnya mulai turun. perlahan, menyentuh setiap jengkal kulit tubuh istrinya itu. Karena Min tidak suka lendir, liur, apapun itu, Minho hanya sebatas mengecup dan menghisapnya dengan hati hati, memastikan kecupannya cukup kering.
Puas dengan payudara Min, bibirnya mengecup kulit perut istrinya yang mulus itu. jemarinya mulai  bertindak, mengelus paha Min secara perlahan, lalu mulai membuka lebar pahanya.
Min terlihat takut, lebih takut dari sebelumnya, meskipun Minho bisa melihat Min berusaha melawan ketakutannya, tapi tetap saja, raut muka Min tidak bisa menutupinya.
Minho mulai ragu, antara menyalurkan nafsu yang dipendamnya selama ini, atau menahannya lebih lama.
“asssshhhhh,,Minh.. Min.H,,”
Minho menjilat vagina istrinya itu kuat kuat. menghisap klitorisnya, menjilatnya berulang ulang, dan sedikit mengigitnya.
“opp..paa~!”
Min menjepit pahanya, mengunci kepala Minho yang intensif mempermainkan vagina Min, tak tahan, cairan itu melebur. Minho dengan sigap menghabiskan semua cairan itu, meninggalkan area itu kering, mengusahakan bibirnya bersih dari cairan cinta istrinya sebelum dia mulai mencium istrinya lagi.
Sembari menciumi bibir Min, jemarinya membuka lebar paha Min, jemarinya mengelus vagina Min, dan mulai menekan nekan bagian sensitive itu. Min masih menutup matanya, menggigit bibirnya, tangannya meremas seprai, nafasnya tak beraturan, air matanya mulai menetes perlahan.
CUP.
Minho mengecup vagina itu, dan menyudahi permainannya. Min terlihat lega, sangat lega, Perasaannya campur aduk antara senang, menegangkan, tapi nyaman. Dia sudah bisa menerima sentuhan suaminya, bahkan di hampir semua bagian sensitivenya.
“jeongmal gomawoyeo jagiya.“
Minho mengusap air mata Min, mengusap dahinya yang berkeringat dan mengecupnya.
“Oppa, tolong matikan lampunya”
“nae ? bukankah kau takut gelap ?” tanya Minho
“Aku kan punya kau. Maukah kau memenaniku malam ini, dan malam malam setelahnya? Maukah kau membantuku menghapuskan memori memori itu ?”
Minho mengangguk pasti. Ia segera mematikan lampu utama, dan BLAM. Min tersentak dan mulai panik, Minho segera kembali ke kasur dan menenangkannya, memeluknya, memberi kenyamanan, dia ingin menghapus semua memori buruk MinHee, ia ingin menggantinya dengan memori indah mulai sekarang.
“Gwencahana, ada aku disini”  Minho mengelus rambut halus Min, memeluknya erat.
Setelah Min sedikit stabil, Minho mulai membenarkan piyama tidur MinHee, namun jemari Min menahannya.
“maukah kau tidur seperti ini ?” tanya Min
“te.. telanjang ? neo, gwencahana ?” perubahan sikap Min sekarang, terlalu cepat untuk Minho
“oppa anjohayeo ?”
[kau tidak suka oppa ?]
“ani ! maksudku, waeyo ?” Minho menjawab cepat.
“aku ingin merasakan sentuhanmu di tubuhku, merasakan, menerima sentuhan suamiku”
Kata kata itu membuat Minho tersentuh. Akhirnya penantiannya selama ini, terbayar. Mulai dari tidur di sofa yang bikin punggung encok, tidur di kamar sebelah yang dingin, menahan semua nafsunya, dan sekarang ? Min mulai membuka hatinya untuk Minho, artinya Min sudah membangun kepercayaannya pada Minho.
Minho pun tersenyum dan melepas piyama mandi Min perlahan dan membuangnya jauh jauh dari kasur. Lalu ia mulai membuka kancing kemejanya perlahan, celana kerja nya, dan celana dalamnya, membuangnya ke segala arah, hingga mereka tubuh mereka berdua polos tanpa benang.
“Oppa neo ?”
“Aku juga harus sama sepertimu, supaya adil. Nanti kalau kau sakit karena kedinginan karena tidak pakai baju, aku pun juga akan sakit, mulai saat  ini aku ingin merasakan apa yang kau rasakan.” Jawab Minho sambil mengecup dahi Min.
“Oppa.. saranghae”
Akhirnya kata kata itu terlontar dari bibir Min, yang segera merapatkan tubuhnya ke tubuh Minho, yang memeluknya erat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar